Tuhan,
Aku suka Engkau selalu ada di dalam kalbuku,
sehingga Engkau selalu
membimbing inderaku,
penglihatanku adalah juga penglihatan-Mu,
pendengaranku adalah juga pendengaran-Mu,
perkataanku adalah juga
perkataan-Mu,
hasratku adalah juga hasrat-Mu,
aktivitasku adalah juga aktivitas-Mu.
Tuhan,
silahkan Engkau sendiri yang membangun tahta-Mu di dalam kalbuku, agar
Engkau desain sesuka-Mu,
dengan begitu Engkau tidak pernah bosan
bersemayam di dalam kalbuku,
karena Engkau telah mengukirnya sendiri
sebagai
kerajaan-Mu.
Tuhan,
sungguh aku
sangat suka Engkau selalu ada
di dalam kalbuku.
Amien.
Hari demi hari telah kita
lewati
dengan berbagai
kesibukan,
tanpa sadar, mungkin banyak
kesalahan
telah kita buat, baik
secara lahir maupun batin.
sebulan penuh telah kita kikis dosa-dosa kita
terhadap Allah SWT.
insya-Allah,
Dia ridla dengan segala amal ibadah kita.
namun masih ada yang tersisa,
yakni kesalahan yang
mungkin terjadi
antara kita – sesama
insan.
marilah kita saling memaafkan segala kesalahan
yang mungkin terjadi antara
kita,
lahir dan batin,
sehingga bersihlah jiwa
dari dosa dan kesalahan
pada hari kemenangan yang
suci ini
dan kita
larut bersama takbir
‘Idul Fitri - 1 Syawal 14
16 Hijriah.
Taqabbal-Allahu Minna Wa Minkum.
Waktu
itu, malam tujuh belas
seorang lelaki setengah baya
dilihatnya arak-arakan
obor
dan bendera
bocah-bocah riang gembira
menyuarakan lagu
bangsa
tetabuhan tidak berhenti bertalu
memenuhi ruang mengisi kota.
Waktu
itu, malam tujuh belas
barisan panjang melangkah hidmat
telapak kaki
terbalut sepatu
terus melangkah maju
seakan mereka mengungkapkan
kata yang sama:
akulah
anak bangsa
tetap
tegar meski krisis melanda
akulah anak bangsa
esok
kususun kembali
merah putihku yang koyak.
Waktu
itu, malam tuju belas
seorang
lelaki setengah baya
di
pipinya air mata meleleh
adakah
esok buat semangat mereka
semangat
yang tetap menyala.
adalah
wujud dari dorongan
untuk
bisa melakukan sesuatu
sesuai
harapan
buah
dari latihan
adalah
perubahan
perilaku
dari
tidak tahu
menjadi
tahu
dari
tidak bisa
menjadi bisa
dari
kegelapan
menjadi
terang
dari
kikir
menjadi
dermawan
dari
sombong
menjadi
arif
dan
kebijaksanaan
adalah
muara segala latihan.
rapatkan
telinga dengarkan gemercik air
alangkah
merdunya, ah indah nian
saat
ombak menghantam sekalipun,
tapi
kepala akan terbenam ke dalam laut
dan
lidah segera menari betapa getir air laut
terkadang
kita asyik masyuk
ketika
mengikuti berita di media masa
tak
pernah sekalipun terpikir oleh kita
akan
hal di balik berita itu
tidak
sedikit yang terhenyak sadar
ketika
tahu kebenaran yang sesungguhnya
ah,
ternyata benar diam itu adalah mutiara
yang
begitu saja menelan berita
biasanya
bukan yang bijak
tetapi
yang bijak
senantiasa
mawas dengan berita yang diterima sehingga hampir pasti tak pernah lidah menari
oleh
getirnya air laut
dan
kepala senantiasa tegak
karena
pikiran berjalan dengan kebijakan
dan
kecerdasan.
Malam
satu Syawal – saat bertafakkur,
Takbir
menggelora – merasuk ke dalam segenap jiwa,
menyadarkan
insan kepada :
Kebesaran
dan Keagungan-Nya,
Kesucian
dan Kemulyaan-Nya,
Kelembutan
dan Kasih sayang-Nya,
serta
keseluruhan Sifat-Nya;
yang
hati insan tiada dapat melukiskan-Nya.
Dalam pada itu, keinsyafan akan kelemahan
dan
ketiada berdayaan insan, menjadi ilham,
bermunajad
Kepada-Nya, seraya memohon :
limpahan
Kasih dan Sayang-Nya,
serta
samudera Ampunan dan Ridlo-Nya. Amien.
Dalam khusus’nya munajad,
ruh
seakan naik – dan terus naik,
demi
mencapai Tuhann-Nya. Allahu Akbar.
Dari hamparan tanah lapang menggema suara
Takbir,
muslimin dan muslimat melimpah ruah,
menyeru
Asma-Nya Yang Agung;
mempertegas
nuansa nan indah dan agung semesta alam,
dan membangunkan dari khusus’
bermunajad.
Orang tua mengangkat tangan dan mendo’a,
seraya
mengalirkan maaf buat putra putri mereka, semuanya;
tak
terkecuali nun jauh di seberang sana,
senantiasa
memohon restu dan limpahan maaf,
seraya
mendo’a untuk kebaikan orang tua mereka.
Sanak kerabat yang berdekat,
disambutnya
dengan senyum indah dan jabat tangan yang penuh akrab,
sanak
kerabat nun jauh di sana,
disambutnya
dengan kenangan indah masa lalu,
dan
dipeluknya dengan kemaafan dan do’a yang ikhlas.
Taqabbal-Allahu Minna Wa Minkum.
Minal ’Aidin Wal Fa’idzin
Waktu
demi waktu dalam Ramadhan di tahun ini semakin senja,
bibir
dan hati tak pernah berhenti bergetar mengumandangkan
kalimat
Illahi;
Jika Tuhan meridhai, Kasih Sayang-Nya
senantiasa mengalir, Ampunan-Nya
membakar seluruh dosa insan, Kuasa dan Kebesaran-Nya menghalau insan
menuju Surga-Nya, Semoga Tuhan meridhai;
Tali insan kepada Tuhannya semakin kokoh dalam taqwa, tetapi ada yang masih tersisa, tali
antar insan terkadang rapuh tanpa disadari,
ada
sesuatu yang membuat kekecewaan sesama,
ada sesuatu yang membuat derita sesama,
ada sesuatu yang membuat segala kegetiran sesama,
Dendam, kekecewaan, iri, dengki, dan segalanya,
membakar tali silaturrahmi antar sesama;
Pada bulan suci nan semakin senja ini, salju
kemenangan hampir kita genggam, dan
tahun
ini Satu Syawal milik kita, segala ucap
penuh ikhlas, senyum
simpul senantiasa mengembang, jabatan tangan meredam amarah, meredam api
dendam,
meredam iri, meredam dengki, jabatan tangan kali ini, menjalin erat tali persaudaraan,
persaudaraan sedarah, persaudaraan seiman seagama.
Allhu Akbar, hari ini satu Syawal, adalah
kemenangan kita,
kita terus berjuang mencapai kemenangan hakiki,
kemenangan
Surgawi;
Salam kita untuk semua, jabat tangan kita
untuk semua,
kita saling memaafkan, kita saling asih, saling asah, dan saling asuh,
Selamat hari lebaran, Minal ’Aidin Wal
Fa’idzin,
Mohon maaf lahir dan batin.
Sebuah
Rahmat yang paling indah adalah rasa cinta,
perasaan
cinta dirasukkan ke dalam setiap nurani insan,
agar meraka dapat mencintai dirinya sendiri, dan mencintai
Dzat yang lebih tinggi, yakni yang
mengalirkan rasa cinta itu ke dalam nurani insan,
Adalah
Tuhan Yang Maha Indah;
Rasa cinta tidak mau disalah gunakan,
sebab
jika disalah gunakan akan mendatangkan fitnah dan marah bahaya,
rasa
cinta hanya tertuju untuk dirinya sendiri dan Tuhannya,
tak boleh ada
yang lainnya;
Mencintai dirinya sendiri adalah amal untuk
mencintai Tuhannya,
sebab dirinya itu tercipta dari kehendak
Tuhannya,
mencintai dirinya mengandung suatu pengertian mencintai alam semesta,
sebab dirinya adalah wujud alam yang dapat berbicara;
Seseorang jatuh cinta kepada orang lain di
luar dirinya,
maka hal itu bila difahami adalah jembatan tempat berlatihnya pembiasan cinta,
tempat
bertarungnya rasa cinta yang lebih tinggi dan murni,
dari
pertarungan-pertarungan itu maka akan muncul dua bias,
yaitu benci dan cinta
itu sendiri;
benci, adalah simbol cinta yang separuh
hati,
dia tidak mempunyai sinar kebenaran dan kemurnian,
cinta,
adalah rasa harap dan cemas yang bersatu dan melahirkan irama keindahan, bukan
sebaliknya;
Sesungguhnyalah telah dicipta manusia
itu,
atas dasar Cinta dan Kasihn-Nya Sang Pencipta,
dan seluruh isi alam di luar dirinya, telah dicipta-Nya dengan dasar cinta, bukan benci;
lalu
segenap makhluk itu disinari dengan cinta-Nya,
yah...
seluruhnya mendapatkan Rahmat cinta itu,
sama rata tanpa ada sedikitpun beda;
Dari pemberian rasa cinta yang sama rata itu,
muncul
berbagai tingkatan cinta, yang disebut kadarnya cinta,
kadarnya cinta itu tergantung
kepada kebebasan makhluk
yang telah
di-Rahmati itu untuk membiaskan kembali,
baik kepada sesamanya ataupun kepada Khaliq-nya, dan
kebebasan itu terikat oleh
dan dibatasi oleh rasa,
yang mampu diserap oleh makhluk itu dengan apa yang telah diterimanya dengan Rahmat itu;
Rasa cintanya makhluk kepada sesamanya,
adalah sebuah latihan mempertajam cinta, untuk memperoleh perasaan cinta yang lebih tinggi, sehingga
rasa cinta yang demikian itu adalah
serendah-rendahnya tingkatan cinta;
Sesungguhnya cinta yang lebih tinggi
kadarnya,
adalah cintanya Khaliq kepada makhluknya,
sedangkan cinta yang lebih mulia,
adalah cintanya
makhluk kepada Kaliq-nya.